Senin, 20 Juni 2011

(dulu) mahasiswa adalah pejuang

mungkin dulu benar kalau ada yang bilang
mahasiswa adalah pejuang, pembela rakyat.
tapi sekarang?
apakah sekarang mahasiswa masih merupakan pejuang rakyat?

ya. masih. mahasiswa masih bisa menjadi pejuang.

caranya?
caranya gampang.

perhatikan baik-baik ya,
ini resep rahasia, jurus jitu membuat negeri ini tiba-tiba jadi makmur.
hahaha....

1. berhenti minta uang.
yap, mahasiswa sudah bukan siswa lagi.
mahasiswa bukan lagi belajar untuk jadi pinter.
tapi belajar untuk jadi mandiri dan berguna.

bukan malah karena maha-siswa,
jadinya minta duitnya maha-banyak,
gaya hidupnya jadi maha-boros,
wkwkw...

kalau memang dikasih ya jangan ditolak..
itu namanya nolak rezeki.. nda boleh..
tapi kalau pengen beli apa-apa,
cobalah nabung, atau kalau ga nambah juga duitnya,
(nabung memang ga bakalan nambah duit,
nabung cuma bisa memperlambat habisnya duit)
ya kerja, kerja apa aja..
ngajar kek..
kalau ga bisa ya...
kerja di restoran, atau jadi desainer lepas
banyak jalan buat cari duit bagi yg bener-bener mau.

malu ah...
malu apa gengsi...
malu itu takut berbuat keburukan di depan orang lain.
kalau gengsi, takut dianggap buruk di mata orang lain.
kalau nurutin gengsi, berarti menuruti mata orang lain.
padahal berapa banyak mata orang lain yg harus dituruti?
hidup cuma sekali cuy, ngapain peduliin mata orang lain.
you are the main actor in your life, they're just spectator.
they can only be applauded and cheered

kerja apaan?
banyak banget, cobalah keluar dan bertanya,
"ada yang bisa saya bantu?"

nanti, kalau sudah bisa cari duit,
nyoba-nyoba buka lapangan pekerjaan.
ya minimal pekerjaan buat temen sendiri lah,
ngajak bisnis bareng,
atau kerjasama dengan temen yg udah bisnis duluan,
kan lumayan, mengurangi pengangguran.

membuka lapangan pekerjaan kan tugas pemerintah?
ya, memang itu tugas pemerintah.
tapi apa pemerintah selama ini cepat dan hebat
dalam membuka lapangan pekerjaan?
lalu kalau tidak, masih mau menunggu pemerintah?
kalau mau nunggu ya jangan dimaki-maki pemerintahnya.
tunggu aja yang anteng, kaya burung nunggu induknya cari makan.
kalau ga mau nunggu, ya mbok pemerintah dibantu.
pemerintah bodo toh? leled toh?
ya sudah, jangan dimaki-maki. yang ada malah makin bodoh dan gegabah.
ayo dibantu. kalau ga mau bantu ya diem aja lah ya.
ga usah maki-maki.

mulut dijaga jangan sampai kalah sama pantat deh,
pantat aja kalau mau kentut mikir dulu, ada yg denger apa engga.
masa mulut mau ngomong ga dipikir dulu?
wkwkw...

kalau sudah bisa buka lapangan pekerjaan,
kan hebat tuh, berarti kuliahnya kepake...
siapa tau bisa mengurangi penduduk yg diekspor sebagai TKI.
jadi ga usah ada kasus penganiayaan sampai pembunuhan lagi.
kasian banget lah, selain itu juga mahal banget buat "beli" nyawa orang.

kenapa harus mahasiswa yg berperan aktif?
trus harusnya siapa?
pemerintah yg bodoh itu?
atau mereka yg sudah bekerja dan punya tanggungan keluarga?
atau mereka adek-adek kelas yg masih sibuk dengan LKS?
wkwkw...

mahasiswa itu orang-orang yang diluar kenormalan.
bung karno aja pernah bilang, "berikan aku satu pemuda, akan ku goncangkan dunia"
mahasiswa bukan siswa lagi yg hanya bisa meminta.
mahasiswa juga bukan orang dewasa yg sudah berkeluarga,
jadi belum punya beban apapun kecuali dirinya sendiri.

kalau mau membangun negeri, paling efektif ya dengan mahasiswanya.

halah, sok amat sih membangun negeri. pahlawan kesiangan lo!
ya, ga papa kami dibilang pahlawan kesiangan.
lebih baik jadi pahlawan kesiangan daripada jadi pecundang kepagian.

orang miskin itu memang sudah nasibnya masing-masing,
ga usah menuntut gw turun tangan buat ngurus nasib mereka.
maaf, kalau itu prinsipnya,
berarti sama saja berprinsip liberalis.

Indonesia prinsipnya pancasila.
pancasila tidak melarang ada kesenjangan kekayaan,
pancasila hanya melarang ada kesenjangan kemakmuran.
orang dengan harta yg sedikit saja bisa makmur koq,
asalkan kehidupan bertetangganya baik.

silahkan orang mau kaya raya,
asalkan bisa ingat dengan saudara dan tetangga terdekatnya.

2. berhenti beli premium bersubsidi.
yap, subsidi premium bukan untuk mahasiswa.
mahasiswa adalah orang mampu.
kalau sudah bisa beli motor, harus konsekuen bisa beli bensinnya.
subsidi pantesnya buat mereka yg belum bisa sekolah.
buat menyelamatkan TKI yang sedang di siksa di sana.
buat subsidi nelayan biar harga ikan makin murah.
buat subsidi jasa paket biar perputaran barang makin murah.
buat pedagang biar barang makin murah
buat membangun kawasan timur dan daerah perbatasan biar ga ada yg iri dan memisahkan diri.
dan buat lainnya yang lebih membutuhkan daripada kita, mahasiswa.

mahasiswa kalangan mampu.
apalagi yg berani pacaran.
berani pacaran berarti berani menanggung biayanya.
masa nge-date pake motor bensin subsidian?
halah mba.... jangan mau. mereka itu cowok-cowok miskin.
masa baru pacaran aja udah minta bantuan pemerintah?
kalau dah nikah mau dikasih makan apa???
wkwkw...

cobalah jalan kaki atau naik sepeda.
selain sehat juga murah.
memang lebih lambat,
tapi dengan lambatnya itu kita bisa lebih menikmati perjalanan.
bisa menghilangkan stres..
caranya, liat aja muka2 orang yg pada kejebak macet,
kita yg naik sepeda mah lancar jaya...
wkwkw...

memangnya subsidi yg ga kita pake bisa disalurkan dengan benar?
itu bukan urusan kita.
kita mau berburuk sangka boleh, mau berbaik sangka juga boleh.
kalau kita berburuk sangka,
toh apa yg bisa kita perbuat?
apa kita bisa turun tangan meyakinkan bahwa uang itu ga diselewengkan?
serahkan saja pada BPK, yg tugasnya mengaudit keuangan.
serahkan kepada inspektorat jendral masing-masing kementerian.
semua sudah ada tugasnya masing-masing.
tugas kita memastikan apa yg bisa kita lakukan sudah kita lakukan dengan baik.
kita sudah bayar pajak,
kita sudah tidak mengonsumsi subsidi bbm.
selanjutnya, itu diluar kewenangan kita.
serahkan saja pada yang berwenang.

kalau kita berharap mereka profesional,
tentu kita juga harus profesional.
kalau memang bukan wilayah kita, untuk apa kita ikut campur tangan.
kita punya tugas masing-masing.
kalau tugas kita masing-masing berjalan dengan baik,
maka semua akan baik-baik saja.

kalau masih mau curiga dengan mereka yg pegang duit negara juga boleh koq,
hidup cuma sekali,
kalau cuma untuk mencurigai tugas orang lain,
tapi kita ga bisa melakukan apapun untuk memastikan yang terjadi,
sampai lupa dengan tugas diri sendiri ya sama aja
buang-buang hidup.
buat diri sendiri aja ga ada manfaat, apalagi buat orang lain.
mubah..

3. berhenti nyontek saat ujian.
kerjasama boleh koq, malah dianjurkan.
kalau ngerjain tugas, kerjasama sangat disarankan.
tapi kalau ngerjain ujian, jangan kerjasama.
eh apa kebalik?
kalau ngerjain tugas individu aja, serahkan ke yg paling pinter.
kalau ujian, kolektif kompak bekerja sama.
hahaha....
dunia memang sudah waras,
untung saya masih gila.

jujur saya pernah nyontek.
mulai doyan nyontek itu, sma.
soalnya sd-smp masih menganggp diri ini paling pinter di kelas. (sombong banget ya. wkwkw)
jadi, mau nyontek juga percuma, jawabanku dah paling bener.
hahaha....

waktu sma, nah ini...
aku mulai keliatan bodonya.. haha
ya, nyontek sedikit gpp lah..
tapi ya ternyata hasilnya sama aja..
malah ga puas.
soalnya di rapotku berarti ada nilai temenku juga.
nilainya ga original.
ga original berarti ga mahal, murahan.
jadinya ya aku males nyontek ah.
salah gpp, toh karena aku sendiri.

kan ga elit banget kalo udah nyontek, salah lagi...
haha...
serasa jadi orang paling sial diantara orang sial.

saya juga ga niat nyontek biar bisa bebas menghina orang korupsi.
soalnya kalau saya nyontek ya berarti sama aja saya menghina diri sendiri.
wkwkw...

yap, cukup 3 tips itu aja,
insyaallah kalau semua mahasiswa sudah mampu melakukan itu,
hmm... seperti apa hebatnya Indonesia.. :wow:

pilihan di tangan kita sendiri.
mau jadi pahlawan meski kesiangan,
atau mau jadi pecundang, mau kepagian apa kesiangan tetep judulnya pecundang.

rasanya,
kalau hanya berhenti minta uang,
berhenti beli premium bersubsidi,
berhenti menyontek,
itu terlalu mudah
kalau dibanding pendahulu kita
yang dalam berjuang harus merelakan nyawa, harta dan keluarga.

saatnya mahasiswa kembali bangkit.
jangan cuma bisa bakar ban, nutup jalan, dan mencari lapangan pekerjaan.
tapi harus bisa membakar semangat, membuka jalan dan menciptakan lapangan pekerjaan.

ya ga bro?

mari kita wujudkan Indonesia yg lebih mandiri,
dan mahasiswa harus bisa menjadi teladan.


sumber gambar: kangmasjuqi.files.wordpress.com

19 komentar:

  1. wah tulisan lu terlalu menggeneralisir
    jangan salah, mahasiswa2 dahulu ketika berjuang sebagai agen of change and social control masih "manja" terhadap orang tuanya. lihatlah pak Mahfud MD, Pak Busyro, Pak Artidjo dll. mereka sewaktu berkuliah (strata 1) masih meminta "jatah" pada orang tua. mereka pernah berkata, jika orang tua mereka tidak membiayai kehidupan waktu berkuliah, maka ia tidak sempat beraktivis.
    yang berbeda adalah zaman baheula fase kemandirian mahasiswa dimulai ketika das sollen (idealita) itu muncul dalam benak mahasiswa. uang jatah yang diberikan oleh orang tua memang dipergunakan untuk akademik dan berjuang. nah fase ini adalah fase akselerasi kedewasaan. jadi setelah ia lulus, insting kemandirian muncul.
    sedangkan sekarang, duit dikasih ama orang tua dibilang kurang, dipake dugem, maen ke lokalisasi, beli barang yang banyak madharatnya. impactnya udah lulus aja masih minta jatah ama orang tua.

    kok bis mahasiwa di luar kenormalan?dapet pengertian darimana?selain itu lu harus tahu posisi mahasiswa itu ada dimana?pake teori pendekatan apa?
    sebenarnya teori pendekatan Karl Marx tentang dinamika mahasiswa yang masih relevan di Indonesia. menurutnya ada 3 kelas sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Borjuis(penguasa)-proleis(pegawai/pengusaha)-proletariat(buruh/petani). lalu dimana posisi mahasiswa?yaitu ada di tengah?mengapa?hayoo tau gak?
    karena kedudukan mahasiswa strategis, bisa memperjuangkan kaum bawah dan termarjinalkan dan bisa memperjuangkan kaum borjuis. sebenarnya mahasiwa tidak bisa dianggap di luar normal karena identitas sosial mahasiswa saja diakui sebagai homo societies.

    BalasHapus
  2. mantap cuy artikelnya..,

    apakah anda mahasiswa? dan apakah anda sudah melakukan apa yang anda tulis diatas??

    BalasHapus
  3. penilaian penulis terlalu sempit...hanya melihat sebagian kecil dari gaya hidup mahasiswa,,memang benar tidak bisa dipungkiri bahwa ketika kita kuliah dimana akan ada perbedaan ekonomi dlm pergaulan kita,,sedikit banyak akan mebuat kita terbawa arus..tapi itu tidak semua mahasiswa bung dan tidak hanya mahsiswa,,siswa2 SMP dan SMA dikota2 besar besar kmeungkinan konsumtif..banyak kog kawan2 sy dikamppus yang bisa dibilang mampu gaya hidupnya sederhana,kuliahnya rajin dan lancar,dan merek2 akif dibidang sosial kemasarakatan...jadi tolong lah bijak dalam menilai..apalagi anda tuliskan..karena anda yang bertanggung jwab dengan apa yag anda tulis..
    sebagaimana yg aanda tulis di atas :

    mulut dijaga jangan sampai kalah sama pantat deh,
    pantat aja kalau mau kentut mikir dulu, ada yg denger apa engga.
    masa mulut mau ngomong ga dipikir dulu?
    wkwkw...

    BalasHapus
  4. Paan nih?

    Lo tw gk, kl slama w skul dulu tu gk prnah d ajarin kreatif..

    Negara ni sok ngomongin agama, kerukunan agama, kesantunan, dll tp pendidikan agama cuma 2 jam per minggu?

    Pendidikan Indonesia ngajarin kita bwt menguasai mua bidang yg gk jelas apa gunanya..

    masa w mw jd jurnalis mesti bljr integral?
    masa w mw jd dokter mesti bljr Kesenian?

    Guru yg w tny, "Bu apa guna bljr logika matematika?" gk bisa jwb...

    Jam sekolah kita panjang bgt tp produktivitas lulusanya dlm dunia kerja bahkan gk menyamai lulusan skul Amerika yg jam bljr ny jauh d bawh kita... (bahkan libur mereka byk bgt)

    Di Indonesia kl mw kerja yg ditanya, "Lo lulusan mana, IPK lo brp, ad kenalan gk d sini?"

    Bandingin ama uwak w yg kerja ama bule cm di tny,"Skill lo paan?"

    Org Indo sangat toleran ama korupsi krn yg namanya sukses tu byk duit...

    Budaya Indo mengajarkan bahwa bertanya artinya "Lo tolol"


    Benerin dolo pola pikir lo my man!
    BBM bersubsidi tu bwt plat kuning ama sepeda motor...

    kl namany org gk mampu tu, gk pny harta bergerak..


    lagian juga mahasiswa skrg sebgaian bsr kl demo tu membuat kemacetan, merusak fasilitas umum hasil pajak, dsbg..

    bikin macet artinya buang-buang subsidi bensin
    mikir gk tu mahasiswa sih?

    BalasHapus
  5. lanjutkan tulis aja yg ada dikepala gan

    BalasHapus
  6. halah,,
    gue rasa mas tomi ini menulis karna ada alasannya,,

    kebanyakan org indonesia,
    terlalu melihat perbedaannya di balik alasannya,,
    ckckckck

    BalasHapus
  7. saya mahasiswa
    saya masih minta jatah sama ortu
    berarti saya belum mampu
    bbm bersubsidi untuk orang yang tidak mampu
    jadi saya masih boleh menggunakan bbm bersubsidi
    hehehe

    BalasHapus
  8. @anonim,... lihat kenyataan, mahasiswa skrg jauh daripada mandiri, masa untuk hidup sendiri aja masih minta uang dr ortu, yg besar sebulannya lbh dr UMR... SO, jgn ngomong klo blm bisa cari duit... Teorimu hanya kata2 tanpa nyata...

    BalasHapus
  9. tidak semua mahasiswa KAYA DAN BERDUIT seperti anda penulis....

    anda berpikir bahwa mahasiswa itu maha segalanya, maha boros lah, maha minta duit lebih lah...anda salah...justru mhasiswa yang ngekost lebih bisa mengatur keuangan nya dng uang pmbrian yang tidak banyak...
    mencari pekerjaan ataupun membuka usaha tidak semudah apa yang anda katakan...
    saya nggak yakin sama anda penulis, apakah anda sudah menjalankan point 1 dan 2 ???Hah...saya rasa belum...apalagi disaat sekarang, di saat harga2 semakin melambung...

    BalasHapus
  10. sebenarnya mahasiwa tidak bisa dianggap di luar normal karena identitas sosial mahasiswa saja diakui sebagai homo societies

    BalasHapus
  11. justru mhasiswa yang ngekost lebih bisa mengatur keuangan nya dng uang pmbrian yang tidak banyak cara mengobati ginjal yang mengecil

    BalasHapus