Sabtu, 24 Maret 2012

fakta mengejutkan tentang BBM di Indonesia



1. Indonesia (bukan lagi) negeri yang kaya akan minyak bumi.
Indonesia memang sempat menjadi negara kaya minyak bumi,
buktinya Indonesia bisa masuk ke negara-negara pengekspor minyak bumi OPEC.

tapi itu dulu.
sejak tahun 2008 Indonesia keluar dari OPEC
karena Indonesia telah menjadi negara importir minyak bumi.

fakta berbicara, produksi minyak mentah Indonesia terus mengalami penurunan.
tahun 1996 Indonesia mampu memproduksi  485 573.80 juta barel
sedangkan tahun 2010 hanya mampu memproduksi  300 923.30 juta barel.
selama 10 tahun turun 184650.5 juta barel.
sumber data BPS: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=10&notab=1

jika tren ini berlanjut terus
dengan asumsi tanpa ada penambahan titik cadangan minyak baru dan pola konsumsi tetap sama,

tak sampai 30 tahun lagi minyak bumi Indonesia habis.
ya, artinya kemungkinan anak saya akan menggunakan BBM murni impor.

2. Indonesia tidak (sedikit) bergantung pada harga minyak dunia.
Anda bisa menganalogikan Negara=ibu, Rakyat=anak, dan Pasar minyak dunia=pedagang es krim.
jika anak membutuhkan 13 mangkok es krim per hari dan sang ibu hanya mampu membuat 9 mangkok per harinya,
maka ibu harus membeli 4 mangkok lagi di pedagang es krim.
jika ibu membuat eskrim hanya menghabiskan biaya Rp 4500/ mangkok,
sedangkan pedagang es krim menjual es krimnya dengan harga Rp 9000/ mangkok.
sang Anak meminta ibunya harus membeli es krim ke pedagang hanya dengan harga 4500/mangkok.
jika ibu menurutinya, bukankah itu konyol?
memangnya siapa ibu sampai bisa memaksa pedagang es krim memberikan harga setengah dari harga aslinya?
padahal ibu bukan produsen dari es krim yg dijual pedagang tersebut.

itulah yang terjadi dengan negeri ini.
Rakyat meminta negara menetapkan sendiri harga minyak, padahal Indonesia membelinya di pasar minyak dunia. Dan tak ada minyak Indonesia yang dijual disana. semua sudah habis dimakan sendiri.
lalu apa power kita untuk menetapkan harga minyak dunia?
konyol bukan?


3. Premium Rp 6000 adalah sangat (tidak) mahal.
jika Anda berpikir harga premium sebesar 6000 adalah mahal, silakan Anda beli BBM di 6 negara ini:
  1. Venezuela
  2. Iran
  3. Saudi Arabia
  4. Qatar
  5. Kuwait
  6. Uni emirat Arab (Abu Dhabi)
mereka lah yang memiliki harga BBM yg lebih murah dari Indonesia.
wajar karena mereka semua negara produsen minyak bumi yang besar,
tidak seperti Indonesia yang termasuk negara pengimpor minyak.
jika saya boleh bilang, ini tindakan yang tidak tahu diri.

sudah sewajarnya harga BBM di Indonesia harus dinaikkan.
lihat Malaysia, keadaan perminyakannya tidak jauh beda dengan Indonesia. Sedikit lebih baik memang.
mereka yang lebih kaut saja hanya berani memberikan harga Rp 5.753 untuk kelas premium.
dan kita masih berusaha untuk tetap menggunakan harga Rp 4500?
sungguh tak tau diri.

ingin bergaya negara kaya padahal miskin?
ow, mungkin ini memang kareakter bangsa kita sekarang.
yang ingin terlihat kaya dengan apapun caranya.
hingga kadang-kadang sangat tidak masuk akal.


4. BBM murah (tidak) menguntungkan.


BBM yang terlalu murah justru membuat kemungkinan terjadi penyelundupan menjadi sangat besar.
tak usah jauh-jauh, selundupkan saja ke Thailand yang harga jualnya Rp 12.453,
ke Flipina Rp 12.147 atau yang paling dekat dan paling mahal Singapore Rp 15.695.
keuntungan yang lumayan bukan?
risiko kebocoran yang sengaja kita buat sendiri
akibat harga yang terlalu membedakan diri dengan tetangga.

di lain sisi, penggunaan subsidi BBM yang sangat boros
ternyata dilakukan 53 persen oleh pemilik mobil pribadi, motor 40 persen,
mobil barang hanya empat persen, dan kendaraan umum hanya tiga persen.
jadi, selama ini yg lebih banyak diuntungkan dengan BBM murah adalah mobil pribadi dan motor.
bukan transportasi umum.
sebuah kebijakan keliru yang sedang dipertahankan
oleh sebagian rakyatnya yang ingin mempertahankan kenyamanan.

sebuah kenyamanan jangka pendek.
untuk jangka panjang, hal ini sangat buruk untuk kelangsungan hidup kita semua
sebagai manusia yang tak mungkin lepas dari kebutuhan udara bersih.
tak peduli yang menggunakan mobil pribadi, motor atau kendaraan umum
kita semua perlu udara bersih.

dan hal ini tak mungkin dilakukan dengan cara
membiarkan mobil pribadi dan motor makin banyak mengeluarkan emisi.
karena faktanya sektor transportasi adalah sektor penyebab paling besar atas pencemaran udara.
90% total emisi hidrokarbon (HC) dan karbon monoksida (CO) dan 76% total emisi pencemar oksida nitrogen (NOx).


maka salah satu cara agar emisi kendaraan bermotor berkurang,
selain mengetatkan uji emisi, adalah dengan menaikkan harga BBM bersubsidi.
atau dengan kata lain, kurangi subsidi upaya pencemaran udara.
kalau perlu hentikan.
karena menyubsidi pencemaran udara sama seperti membantu meracuni rakyat.


subsidi tersebut bisa dialihkan untuk menyubsidi para pengguna kendaraan umum
untuk menjaga harga kendaraan umum agar jauh lebih murah daripada menggunakan kendaraan pribadi.
dengan begitu penggunaan kendaraan pribadi bisa ditekan
hingga akhirnya mengurangi tingkat emisi kendaraan bermotor.

harga BBM yang murah juga menjadi penyebab perilaku boros energi.
bayangkan jika harga premium menyesuaikan harga ekonomisnya yaitu Rp 9000.
apakah Anda masih mau membuang BBM anda dalam kemacetan?
atau ketika menunggu di parkiran dengan menyalakan mesin?

saya yakin jika harga itu diterapkan,
maka semua motor dan mobil akan mematikan mesinnya ketika dalam antrian menunggu kereta lewat.

yap, karena harga yang terlalu murah membuat kita tak sungkan-sungkan
membuang-buang energi yang ketersediaannya terbatas.
perilaku hemat energi tak cukup jika hanya dengan himbauan.
perlu adanya pemaksaan dengan cara penyesuaian tarif.

saya hanya mencoba menyajikan fakta dari data yang saya gunakan.
keputusan untuk setuju/ tidak setuju dengan kenaikan harga BBM,
terletak pada diri Anda masing-masing.

sumber artikel:
http://finance.detik.com/read/2012/03/19/172825/1871259/1034/?991104topnews
http://bangka.tribunnews.com/2012/03/15/herman-konsumsi-bbm-13-juta-barel-per-hari
http://www.migas.esdm.go.id/tracking/berita-kemigasan/detil/268723/Subsidi-BBM-Versus-Rakyat-Miskin
sumber: http://oto.detik.com/read/2012/02/24/130408/1850741/1208/kendaraan-penyumbang-polusi-terbesar-di-indonesia

15 komentar:

  1. sudah sering saya mampir di blog ini, untuk sekedar membaca2 pemikiran seseorang yang saya anggap sangat idealis, ya saya terhibur dengan tulisan2 di blog ini... kalo saya liat2 anda giat sekali mendukung program pemerintah apapun itu bentuknya... salut untuk anda!

    namun jika saya boleh menyumbang pemikiran saya, saya memiliki pandangan lain mengenai kenaikan BBM...

    1. Masalah penurunan produksi minyak, saya rasa tidak ada hubungannya penurunan produksi dengan jumlah cadangan minyak. Maksud saya, bukan berarti menurunnya produksi minyak kita dikarenakan cadangan menipis, kalo terus berkurang memang betul, tapi sekali lagi bukan karena menipis. Silahkan cari referensi di Google :)

    Mungkin anda juga perlu menuliskan ada berapa jumlah perusahaan minyak asing yang ada di negara kita ini. Mungkin akan lebih adil ketimbang menerima begitu saja pemikiran bahwa minyak kita terus menipis dan kita harus beralih menggunakan energi alternatif atau menerima begitu saja kenaikan harga BBM. Fakta yang sangat penting untuk diketahui masyarakat Indonesia.

    Ada baiknya anda melengkapi data2 prosentase produksi pertamina dibandingkan perusahaan asing yang ada di Indonesia :)

    2. Indonesia bergantung pada harga minyak dunia? Tidak ada yang salah dengan analogi anda, namun yang perlu kita sama2 ketahui, apakah memang benar kita tidak sanggup memenuhi/kekurangan pasokan BBM untuk dalam negeri sendiri? jika memang kita kekurangan pasokan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri lalu kenapa pemerintahan ini mengijinkan perusahaan asing yang mengeksplorasi minyak kita? Konyol bukan? Ya memang konyol. Kita sebagai tuan rumah tidak mampu mengolah lantas diserahkan kepada asing dan kita harus membelinya dengan harga 2x lipat. Saya hanya bisa tertawa atas kekonyolan ini.

    Sekali lagi anda perlu mencari referensi di Google :)

    3. 6000 Rupiah tidak mahal? memang tidak mahal jika kita hitung harga BBMnya saja, tapi apakah kenyataannya seperti itu? apakah anda pernah memikirkan efek domino yang ditimbulkan akibat naiknya harga BBM? Misalnya naiknya harga2 kebutuhan pokok atau biaya angkutan kota. Jika bagi anda itu murah belum tentu bagi orang lain. Anda pernah memikirkan bagaimana makin beratnya kehidupan buruh2 pabrik?

    Akan lebih elok jika kita berempati terhadap mereka2 yang ekonominya memang pas2an dan terkena dampak dari kenaikan BBM. Sekali - sekali pandanglah dari sisi yang lain :)

    4. BBM murah tidak menguntungkan? Selalu ada saja celah bagi orang2 yang mencari keuntungan pribadi. Lalu apakah solusinya dengan menaikkan harga BBM agar tidak diselundupkan? Kalo pemikiran saya sih lebih baik mengawasi peredarannya :)

    Sebenernya masalah BBM di negara kita ini cenderung pada kesalahan pengelolaan dan penyaluran subsidinya. Seharusnya pemerintah bisa lebih bijak mengelola sumber daya kita yang luar biasa besar untuk kemakmuran masyarakatnya sendiri.

    Mungkin ini sekedar pemikiran dari saya, tentu tidak semuanya bisa diterima. Namun saya juga tidak menolak apabila memang harga BBM dinaikkan, karena hanya itu yang bisa dilakukan :)

    BalasHapus
  2. luar biasa bung tomi...
    :2thumbsup
    ga percuma masuk BKF

    #salamngapak

    BalasHapus
  3. tom, kenapa aku punya pandangan [sedikit] beda ya?
    tentang impor minyak. Tidakkah kita semua tergelitik (atau tertohok) dengan fakta bahwa negara [mantan] anggota OPEC, yang berarti negara pemilik cadangan minyak bumi berlimpah, justru menjadi negara pengimpor minyak jadi. Mestinya kita melihat ada yang salah dalam pengelolaan minyak bumi kita. Perut ibu pertiwi yang mengandung dan menghasilkan minyak bumi, namun negara yang memijaki ibu pertiwi ini menjualnya untuk kemudian dibeli lagi dalam bentuk siap pakai. Ya jelas kita akan tekor dan terlihat tolol dari segi manapun. Dan hal ini tidak hanya terjadi pada minyak bumi, tapi barang-barang tambang yang jelas-jelas ASLI MILIK KITA, INDONESIA!! Kita jual mentah, lalu kita beli kembali dalam bentuk lain yang pasti memiliki nilai lebih. Bukankah itu perilaku orang kaya yang MALAS, BODOH, dan MUDAH DIMANFAATKAN orang lain? Jika hal ini terus terjadi, orang kaya tersebut akan jatuh miskin karena dipelorotin terus oleh orang lain, dan sayangnya tetap bodoh.
    Jadi jika boleh kusimpulkan, harga BBM bukanlah kasus krusial yang semestinya ditangani oleh negara. Atau bisa dibilang, hal ini semestinya tak perlu menjadi kasus jika pemerintah kita tidak BODOH dan MALAS menanggapi kekayaan yang dimiliki ibu pertiwi. Perlu berapa puluh tahun lagi kita merayakan kemerdekaan untuk mencetak putra-putri bangsa yang berpendidikan dan berdedikasi tinggi untuk negeri? Perlu berapa ratus tahun lagi untuk pemerintah kita sadar dan mau menganggarkan anggaran belanja negara untuk hal-hal strategis dan memang jelas membangun, bukannya untuk foya-foya pejabat? apalagi dikorupsi? Seandaianya hal-hal negatif yang datang dari manusia-manusia BODOH dan MALAS itu bisa diminimalisir (karena aku yakin kejahatan tidak akan pernah musnah dari muka bumi hingga kiamat datang), mungkin sekarang kita menjadi negara yang benar-benar berkembang dan mandiri. Maaf ya, aku sendiri tidak yakin bahwa kita layak mendapat sandangan developing country. We're not even developing. We're wasting all we have by starting again-and-again under different regime, time by time, with the same treasures and money. Apa yang kita dapat sekarang? Orang-orang pintar banyak tapi segelintir yang peduli dan turun tangan langsung dalam menghadapi tantangan negeri ini. Sementara mereka tak punya kuasa, karena orang-orang berkuasa di negeri ini adalah orang-orang bodoh dan mungkin dengan kadar kecintaan negeri hanya 0.5%. Sisanya masih memikirkan perut sendiri.

    BalasHapus
  4. Hahahaha. Maaf jika aku terdengar apatis Tom. Tapi mari kita lihat data yang kau tulis di atas. Kemampuan kita memproduksi minyak mentah menurun, tapi kita tidak benar-benar kehabisan minyak bumi untuk saat ini bukan? Kita hanya terlalu malas untuk sekedar mempertahankan produktivitas kita. Seorang dosen berkata padaku, perusahaan sekelas Pertamina, yang dibilang menjadi "raja minyak" lokal tunggal di negeri ini saja, tidak mampu ekspansi ke negara-negara lain setelah berdiri puluhan tahun, dengan capaian yang ada saat ini. Jangankan jualan di luar negeri. Jualan di dalam negeri saja masih carut marut sistem logistik negaranya. Ahli logistik di negeri ini tidak cukup banyak, dan mereka peduli akan hal ini. Dosenku salah satu anggota tim yang mengusulkan rancangan sistem logistik negara untuk diperbaiki di masa mendatang agar permasalahan-permasalahan tahunan berkaitan dengan logistik tidak perlu muncul kembali. Namun mereka hanya bisa bergerak pada level perancangan ide dan konsep, keputusan ada di tangan para pemegang kekuasaan. Bahkan saat menceritakannya, dosenku menyiratkan nada putus asa mengingat sikap pejabat-pejabat tinggi negeri ini.
    Ehmm.. Jadi agak ngelantur. Aku menulis ini di tengah shift malamku sambil istirahat sejenak. Jadi maafkan jika tulisanku berantakan. Hahaha.
    Intinya Tom, pemerintah SEMESTINYA bisa menghindari efek-efek seperti harga BBM naik, senadainya mereka MAU untuk bercermin dan memperbaiki diri. Jangankan minyak Tom, kita ini negara agriculture dengan prduk utama beras yang sukses menjadi pengimpor beras cukup besar di Asia Tenggara. GILA APA??
    Apapun yang menjadi landasan kebijakan itu, bagiku, sebagai orang yang tidak mempunyai titel apapun, tidak mempunyai jabatan apapun, dan tidak berilmu setinggi para ilmuwan, itu adalah tindakan MALAS dan BODOH. Semoga pendapatku tidak merusak tulisanmu di atas. Hehehe

    BalasHapus
  5. hahaha.... sebetulnya memang benar fa. permasalah utama BBM ini pada pada tataran teknis. tentu hal itu harus diperbaiki secara nyata. tapi pasti kita menyadari bahwa memperbaiki hal teknis, mulai dari hulu sampai ke hilir bukan hal yang mudah dan butuh waktu yang cukup lama. jika "Perbaikan sistem perminyakan" menjadi solusi atas melonjaknya harga minyak dunia saat ini. bagiku itu solusi yang terlalu idealis tapi tak efektif.
    ibarat rumah sedang kebakaran, bukannya memadamkan api tapi berusaha menata ulang tata kabel listrik di rumah yang menyebabkan konsleting.
    percuma kita menata kabel listrik jika rumahnya sudah habis dilalap api.
    sama seperti perekonomian kita yang sedang diancam kebakaran subsidi.
    jika kita mencoba memperbaiki sistem perminyakan dulu tanpa ada penyelamatan darurat, maka percuma karena negeri kita terlanjur kolaps.

    saatnya subsisi bukan digunakan untuk konsumsi BBM, tapi untuk menyubsidi pengguna kendaraan umum. untuk infrastruktur demi kelancaran logistik yang tadi kamu bahas. untuk pengembangan energi terbarukan. dan tentu untuk memperbaiki sistem perminyakan kita.

    Pertamina tak berkembang karena keuntungannya diambil pemerintah. tidak seperti Petronas yang keuntungannya bisa di reinvestasikan. jika kita meniru petronas, pendapatan negara akan berkurang. konsekuensinya, negara tak akan mampu membiayai subsidi BBM.
    jika negara tak perlu menyubsidi BBM, peluang melepas Pertamina untuk mengelola keuntungannya demi memperluas jangkauan cadangan minyaknya akan terbuka lebar.

    intinya, kita sudah terlanjur dimanjakan dengan subsidi energi. Hal ini membuat kita BODOH dan MALAS untuk menggunakan energi secara cermat dan tepat. Tidak seperti negara-negara maju dengan Indeks Pembangunan Manusia yang lebih tinggi dari kita. Mereka tidak BODOH dan MALAS untuk menggunakan energi secara efektif dan efisien.

    BalasHapus
  6. Nah, teranglah sudah. Komentarku sebelumnya memang lebih banyak mengkritik dan meneriakkan sumpah serapah pada kebodohan sejak hulu hingga hilir yang membuat keadaan kita benar-benar memprihatinkan. Tapi aku tidak pernah bilang aku berseberangan denganmu dalam hal subsidi yang sudah saatnya dialihkan ke hal-hal strategis. Rakyat kita memang tak memiliki kesempatan atau mungkin terlalu malas untuk peduli pada keadaan negeri, atau mungkin diposisikan seperti itu oleh keadaan. Aku ingat ketika pertama kali harga BBM naik, wacana mengenai subsidi yang dilakukan pemerintah sudah kubaca meski belum kutahu secara pasti apa maksudnya. Jadi aku berpikir, seandainya waktu itu aku sudah paham betul, mungkin aku sendiri (yang bukan ahli) sudah bisa meramalkan keadaan ini (kenaikan harga BBM berikutnya) akan terjadi lagi. Sebenarnya, waktu pertama aku mendengar wacana 1 April nanti, aku tidak bereaksi ataupun kaget. Mungkin aku sudah masuk taraf apatis akut saat ini. =(

    Konon katanya, Amerika Serikat memiliki semacam rencana pembangungan jangka [super] panjang yang di dalamnya berisi detail rencana strategis pembangunan negara sejak zaman presiden pertama mereka. Dan rencana pembangunan ini tak pernah putus meski berkali-kali presidennya berganti. Kurasa inilah yang belum ada di Indonesia. Entah kenapa aku punya keyakinan Bung Karno dulu sudah memikirkan hal ini, tentang pembangunan negara berkelanjutan yang akan membawa negara kita ke kemandirian. Sayangnya hal tersebut tidak dilanjutkan oleh penerus-penerusnya, malah ikut terkubur bersama jasadnya. Buktinya, arah pembangunan kita belum juga memiliki wujud yang jelas. Kita melupakan jati diri bangsa sebagai negara agrikultur.

    Tapi Tom, bahkan pada levelku yang sudah se-apatis ini, aku masih berharap perubahan. Maksudku, kurasa perlu adanya gebrakan atau event luar biasa yang diinisiatif oleh orang besar negeri ini yang bentuknya nyata dan mampu membuka mata orang banyak, yang mungkin memicu kontroversial namun memiliki idealisme sendiri. Negeri ini merindukan sosok pemimpin yang sebenarnya Tom. Bukan sekedar presiden atau kepala negara, tapi pemimpin.

    Ayolah Tom, siapkan dirimu. Jiwa "gila"mu sangat diperlukan untuk membuat gebrakan-gebrakan yang kumaksud tadi. Hahahaha. Jika pemungutan suara presiden dilakukan dengan blind vote, akan kutulis namamu di sana. =P

    BalasHapus
  7. itu lah fa, biaya politis kita terlalu besar. setiap ganti presiden, arah pembangunannya berlainan. Sebetulnya Bapenas sudah sememiliki Rencana pembangunan jangka panjang yang terbagi menjadi rencana jangka pendek untuk 5 tahunan. yap, untuk satu periode pemerintahan. Namun komitmen Presiden untuk menjalankan itu harus bertabrakan dengan benturan kepentingan berkaitan partai yang mengusungnya. Itulah mengapa aku lebih setuju dengan calon independen.

    Jika Negeri ini dianggap sebagai negeri agrikultur, memang kenyataannya sebagian besar penduduk kita bekerja di sektor pertanian. Namun hasil secara rupiah masih kalah dengan sektor Jasa Perdagangan & perhotelan. Sektor industri juga terus menunjukkan peningkatan produksinya. Artinya, kualitas agrikultur kita perlu ditingkatkan. Tak perlu untuk bersaing di dunia global, untuk memenuhi kebutuhan domestik saja sudah cukup. karena makanan pokok kita, nasi, sudah menjadi barang yang wajib di impor setiap tahun.

    sekali lagi, tak mungkin pemerintah bergerak sendiri untuk menyetabilkan negeri ini. Ekonomi pada dasarnya hanya transaksi antara pembeli dan penjual. ketika mereka tak mencapai kesepakatan, perlu ada pihak ketiga yang mengaturnya. Iutlah pemerintah.
    jadi, sebetulnya pihak yang paling mampu dan mempunyai kekuatan mempengaruhi ekonomi Indonesia adalah Industri sebagai penjual, atau Rakyatnya sebagai pembeli.
    jika memang sudah tak mampu lagi mencapai kestabilan harga, baru pemerintah turun tangan mengatur.
    bukan sebaliknya.

    itulah yang perlu kita lakukan bersama untuk mengedukasi masyarakat tentang pola konsumsi yang sehat dan cerdas. Agar mencapai keadaan ekonomi yang setimbang.

    untuk paragraf terakhir, makasih banyak fa. kita lihat saja bgmna ke depannya. hehehehe...

    BalasHapus
  8. ternyata tom ga segila yang saya bayangkan :) tulisan anda ini menunjukkan bahwa kegilaan anda sudah berkurang... dengan hanya pasrah menerima keputusan pemerintah yang menaikkan harga BBM... jadi warga negara yang baik bukan berarti menerima dan mendukung semua keputusan pemerintah, tapi apakah anda atau pemerintah yang anda dukung pernah membicarakan solusi lain? mengurangi jumlah PNS atau mengurangi tunjangan2 gak penting misalnya :)

    dan kenapa komen saya yg pertama gak muncul ya? dihapus? ato memang belum di approve?

    BalasHapus
  9. gila juga ga selalu harus melawan kebijakan pemerintah bukan?

    BalasHapus
  10. memang seharusnya kita mendukung pemerintah... kalo pemerintahnya memang layak untuk didukung... dari artikel yang anda tulis disini anda cuman menyalahkan gaya hidup masyarakat yang konsumtif boros dll. Ga semua fakta anda sampaikan... misalnya fakta berapa jumlah perusahaan minyak asing yang ada di Indonesia dan berapa prosentase produksi mereka...

    Mas Tomi, gampang banget nyalah2in rakyat yang boros bbm untuk kendaraan pribadi, tapi apa mereka punya pilihan lain? kalo saja transportasi umum sudah nyaman maka dengan sukarela meninggalkan kendaraan pribadinya...

    salam REX

    BalasHapus
  11. jika saya mengungkap fatkta kelemahan tata kelola perminyakan, semua orang sudah tau. dan bagi saya itu tak menarik. karena seperti apapun kita tahu kelemahan sistem perminyakan, lalu apa yang saya bisa lakukan?
    saya bukan pegawai pertamina, BP Migas atau BPH migas.
    so? pengetahuan saya atas kelemahan sistem perminyakan hanya jadi ilmu yang percuma.

    lebih baik saya membahas apa yang bisa saya lakukan. Saya dan Anda lakukan sebagai rakyat.

    BalasHapus
  12. harga bensin pada importir katanya 9000 tapi og thailand Rp 12.453,Flipina Rp 12.147, Singapore Rp 15.695.
    sunguh data data yang membingungkan bagiku

    BalasHapus
  13. untuk membangun indonesia yg lebih baik lagi,tentunya dibutuhkan kerja sama antara rakyat dan pemerintah,tapi terkadang pemerintah tidak pernah mau mendengarkan aspirasi rakyat,begitu juga rakyatnya.semua tentu menjadi masalah yg harus kita pikirkan bersama kedepannya....utk indonesia yg lebih baik lagi....

    BalasHapus
  14. menurutku nih gan, permasalahan yg lagi diadepin indonesia ini bukan pada harga bbm, tapi pada harga kendaraan bermotornya yang terlalu murah. sehingga menyebabkan warga indonesia lebih konsumtif terhadap bbm.

    BalasHapus