walaupun lagi pekan ujian,
ternyata gatelnya tangan buat ngetik ga bisa ditahan.
maafkan saya ya my brain,
waktu "makan"mu saya kurangi sebentar. :)
katanya eh katanya,,,,
harga bahan makanan pokok kalo Ramadhan itu naik,
dan itu sebuah kewajaran di Indonesia.
hahahay... pasti Anda sudah tahu mau dibawa kemana arah pembicaraan kita.
yap, lagi2 tentang ke-konslet-an logika saya untuk memahami
kewajaran orang-orang waras.
maklum, otak orang gila. wkwkw....
saya kok masih belum bisa memahami,
kenapa bahan makanan pokok naik ya?
apa permintaan meningkat?
bukannya kalau puasa itu,
yang biasanya makan 3x sehari jadinya cuma 2x sehari?
berarti malah berkurang donk...
bagi saya, wajarnya permintaan pasar itu justru berkurang.
dampaknya, harga justru makin murah, bukan malah makin mahal.
kita boleh makan 2x sehari, tapi kan banyak orang kurang mampu
yang tadinya hanya makan 1x sehari jadi mampu makan 2x sehari
karena sedekah yang berlimpah di bulan Ramadhan.
jadi permintaan pasar naik.
ya sama aja toh, tadinya kita makan 3x jadi 2x sehari.
yang 1xnya kita alihkan buat orang kurang mampu.
totalnya sama toh?
jadinya harga harusnya tetap.
ga wajar kalo naik.
walaupun 2x sehari, tapi kan porsinya lebih banyak daripada yang biasanya.
hahaha nah ini dia yang aku tunggu-tunggu.
saya juga gitu kok, makannya justru lebih banyak ketika puasa daripada hari biasanya.
wkwkwkw....
tapi itu dulu...
waktu saya masih katrok dan cupu. hahaha...
suatu ketika saya mendengar seorang ustadz yg mengatakan bahwa
tujuan puasa bukanlah menahan lapar dan dahaga.
bukan juga menahan nafsu belaka.
puasa itu buat membersihkan tubuh, mengistirahatkan lambung,
buat detoksifikasi (membuang racun) tubuh.
apa gunanya puasa kalo dengan puasa justru lambung jadi rusak.
cara merusak lambung yang sering kita lakukan waktu puasa
misalnya, buka puasa dengan air dingin + dilanjut makan banyak + kolak yang santannya pekat.
hhhmmmm... maknyus di lidah, meleleh di lambung.
sunahnya kan kita disuruh berbuka dengan yang manis, kalo bisa hangat bukan dingin.
lambung juga perlu pemanasan donk, kasih anget2 dulu biar siap.
jangan lambung kosong diisi air dingin, ya langsung menciut.
diisi nasi sekarung, langsung overload.
tambah santan, lambungnya jadi sangat asam.
mantep lah kalo itu dijalankan istiqomah selama sebulan penuh,
insyaallah lebaran kita jadi pribadi yang semakin rusak tubuhnya.
wkwkw....
kalo ga salah saya dengar dari pak Abu Sangkan yg biasa di Metr* tv tiap mau berbuka,
puasa itu tujuannya biar kita mengistirahatkan sisi dunia/ jasmani,
dan lebih memperhatikan sisi ruhani.
sebaiknya biasa saja sikap kita melayani perut,
ga usah lebay.
yg perlu di-lebay-kan adalah justru hati kita.
kita disuruh mengistirahatkan badan kita,
dan lebih menggerakkan hati kita.
jadi kembali lagi, tetep menurut saya ga logis kalo harga pangan,
sebagai kebutuhan badan,
jadi naik karena alasan permintaan meningkat.
harusnya permintaan pengajian, dzikir, solat, baca Quran,
sebagai kebutuhan hati itulah yg harusnya naik karena permintaannya juga naik.
untungnya semua itu gratis.
baik banget ya Allah kita :D
hayo alasan apalagi yang logis kenapa harga pangan naik?
kan mau lebaran, banyak yang bikin makanan buat tamu-tamu yang datang.
hihihi, yg ini saya agak bingung nih jawabnya.
sebagai tuan rumah, kita harus menjamu tamu. itu wajib.
nah, kalo lebaran udah jelas tamu akan semakin banyak apalagi kalau
di rumah kita ada orang yang dituakan.
jadi ya otomatis permintaan pangan naik.
yap, tapi apakah yang naik itu bahan makanan pokok?
apa setiap tamu disuguh nasi putih?
biasanya kan paling makanan kecil sama teh anget.
hayo... kenapa bahan pokok yang naik?
kalo lebaran itu dianggap sebagai ajang balas dendam,
itu malah lebih masuk akal bagi saya.
hahaha....
karena dah ditahan selama sebulan, pas lebaran langsung diluapkan semua nafsunya.
tapi lagi2, berarti dia selama ini konsentrasi ke perut doank.
bukan ke hati. hihihi....
jadi tetep, yang paling masuk akal,
ga ada kenaikan harga bahan makanan pokok.
yang saya duga justru bukan karena permintaan yang naik,
tapi karena perputaran uang yang meningkat.
banyak orang yang dapet THR, bagi pekerja khususnya.
nah, berhubung pedagang ga ada THR, makanya pedagang bikin jatah THR mereka
dengan cara menaikkan harga.
apa ga boleh? ya boleh aja selama kenaikan itu wajar.
tapi akan lebih wajar, bagi saya, jika harga itu tetap.
caranya?
kita sebagai konsumen lebih berhati-hati menggunakan rezeki yang berlimpah di bulan Ramadhan.
sebisa mungkin kita kelola rezeki itu agar bisa kita nikmati
tidak hanya saat bulan Ramadhan tetapi juga bisa untuk sepanjang tahun.
caranya,
kita jaga tingkat konsumsi kita tetap sama sebelum dan sesudah Ramadhan.
konsumsi lho ya, bukan tingkat pengeluaran uang.
pengeluaran uang makin tinggi boleh,
karena kebutuhan kita untuk berbagi saat Ramadhan meningkat.
tapi tingkat konsumsi,
sebisa mungkin stabil seperti sebelum Ramadhan.
dengan permintaan yang stabil, ga ada alasan bagi pedagang
untuk menaikkan harga kecuali stock memang berkurang.
apakah sulit?
insyaallah tidak.
jika kita mampu memahami esensi bulan Ramadhan,
yang fokus kepada kebutuhan rohani,
maka kita akan mampu mengesampingkan kebutuhan fisik kita
seperti makanan yang banyak ketika berbuka,
hingga menyulitkan kita saat solat.
atau seperti baju baru untuk lebaran,
yang bisa membuat kita lupa esensi idul fitri.
bukan bajunya yang baru, tapi pribadinya yang baru.
apakah berarti kita tidak boleh berbelanja?
ow sangat boleh, justru dengan cara ini
kita mampu berbelanja tidak hanya di bulan Ramadhan,
tetapi juga di bulan-bulan lainnya.
betapa indahnya jika sepanjang tahun
Indonesia bisa makmur seperti saat bulan Ramadhan.
betul tidak?
marhaban ya Ramadhan,
_semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar