Sabtu, 20 Agustus 2011

jika kita jadi penjajah


selama ini kita selalu disuguhi informasi
yg menguatkan kesan bahwa kita adalah bangsa yang selalu dijajah.

apa semua itu betul?

selama ini kita selalu memandang dari sudut,
kita sebagai warga NKRI.

sekarang, coba kita balik ya.

seandainya kita menjadi pihak luar negeri.

saya akan ajak anda membayangkan,
kita berada di jaman revolusi industri Inggris.
saat itu kekuatan ekonomi berada di tangan eropa,
dan Inggris sebagai pemimpinnya.
dengan ditemukannya mesin uap,
terjadi pergantian tenaga kerja manusia menjadi tenaga mesin.
saat itulah industrialisasi pertama kali terjadi.



produk yang begitu banyak dan biaya produksi yang murah,
akhirnya menjadikan Inggris memiliki kekuatan ekonomi yang luar biasa.
ditambah lagi, saat itu Inggris belum punya pesaing.
amerika baru saja bebas dari jajahan Inggris
dan menjadi negara persemakmuran.
Inggris belum punya saingan, kecuali China.

Saat itu China negara yang anti asing.
produk luar sama sekali tidak bisa masuk.
padahal, sejak dulu kala,
yg namanya China adalah negara dengan penduduk yang besar.
sebuah pasar yg menggiurkan untuk produk kita, Inggris.

akhirnya dengan politik Candu,
Inggris menyusupkan candu di perbatasan China.
banyak pemuda yg akhirnya ketergantungan dengan candu tersebut.
dengan keadaan ketergantungan seperti itu,
Inggris menyerang China dalam perang yg kita kenal sebagai Perang Candu.
akhirnya China kalah,
mau tidak mau, China harus mengimpor candu dari Inggris.
akhirnya pasar China terbuka.

kita sebagai Inggris, penjajah, menang.


ayo sekarang kita pindah ke Amerika.
Amerika menjadi negara yg begitu besar dan kuat,
karena mereka sebagian besar merupakan imigran dari berbagai negara
yang datang kesana memang sudah membawa modal.

jadi tak heran Amerika akhirnya mampu
menjadi negara terkuat secara perekonomian
melebihi penjajahnya dulu, Inggris.

Amerika, dengan hasil industrinya yang berlimpah,
berteknologi tinggi dan murah,
merasa perlu menyebarluaskan sayapnya ke negara-negara luar.

dengan kiprahnya dalam perang dunia 1 dan 2,
menjadikan kekuatan politik amerika begitu kuat.

diperbolehkan membentuk bank dengan nama World Bank,
padahal itu bank hanya membela kepentingan amerika saja. bukan dunia.

Perserikatan Bangsa-Bangsa, seperti ikatan perdamaian dunia,
padahal perkumpulan bangsa jongos dengan majikannya yang punya hak veto.

ya, seperti itulah dunia.
tak akan ada kedamaian selama masih ada kepentingan.

kekuatan yang hebat itu membuat kita, amerika,
sangat mudah memagang kendali negara-negara dunia ketiga
terutama di kawasan asia.
dan targetnya adalah Indonesia.

melalui agen "International" Monetery Fund dan "World" Bank,
mereka menggelontorkan uang panas ke Indonesia untuk membiayai pembangunan
dan sekaligus membiayai kenikmatan hidup para penguasa.

kami biarkan Indonesia bergelimangan harta hingga akhirnya lupa,
bahwa semua itu adalah hutang yg harus dibayar.
dan ketika hal itu terjadi,
dengan mudah kita bisa meminta negaranya, seluruh tanah airnya,
menjadi jaminan atas hutang-hutangnya itu.

dan pada tahun 1998,
kita, amerika, berhasil menjungkalkan Indonesia,
bahkan juga beberapa negara Asia lainnya.

kita sebagai amerika, penjajah, menang.


dan yg terakhir,

ayo kita bayangkan berada di China.
selama berabad-abad negeri kita, China,
kehilangan masa jaya dalam perekonomian dunia,
jalur sutera yang mendunia dan keramik yg melegenda
hanya menjadi sejarah.

dan ketika sekarang, momentum kebangkitan China menyeruak,
kesempatan menjadi yg terhebat di dunia kembali datang.

ketika tenaga kerja begitu berlimpah,
dan lapangan pekerjaan hanya sedikit,
upah buruh menjadi sangat rendah.
faktor lingkungan sama sekali tak dihiraukan,
apalagi tentang hak cipta dan kekayaan intelektual.

dengan sekejap Surat Utang Negara Amerika dimiliki mayoritas oleh China.
produksi barang2 yang tadinya di Eropa dan Amerika
kini berpindah ke China.

Amerika yang tadinya menggembor2kan era perdagangan bebas,
kini mulai takut dan berpikir untuk menghentikannya.

China, kini naik kelas posisinya menjadi penjajah.

produk yang berlimpah lagi2 memaksa China untuk memperluas pasar.

yang paling dekat dan lemah, tentu ASEAN.

dengan perjanjian kerjasama CAFTA. (China ASEAN Fuck Trade Area)
memudahkan China untuk mengekpor bahan jadi,
dan mengimpor bahan baku yg mereka butuhkan.
seperti misalnya batu baranya Indonesia,
Kayunya Indonesia, Minyak Buminya Indonesia.

kita sebagai China, penjajah, berhasil.


lalu bisakah kita bayangkan,
kita berada di Indonesia sebagai penjajah?

kenapa? sulit ya?
hahaha...

sulit karena kita terlalu baik.
memang kebaikan yg tulus dan
kebaikan yang tolol beda2 tipis.

kenapa kita ga berpikir menjadi penjajah?

apa yg kita punya untuk menjajah?
masa ga tau?

belajar apa selama ini di sekolah?
belajar jadi babu negara lain? ha?

sadar ga c,
makin banyak perusahaan luar negeri yg peduli dengan nasib bangsa Indonesia.
banyak program CSR (Corporate Social Responsibility)
yg mengangkat derajat kaum dhuafa.

apa karena mereka baik hati?
maaf bukannya suudzon ya,

cuma kalo dipikir2,
kalau dasarnya memang baik,
kenapa ga dari dulu cuy???

kenapa baru sekarang?
baru ketika demokrasi menjadi pedang yg sangat tajam di Indonesia,
ketika makin banyak mahasiswa yang kritis terhadap pemerintah,

karena mereka takut diusir dari Indonesia.
mereka takut tak bisa mengendalikan Indonesia lagi seperti dulu,
dulu cukup menyuap pejabat, urusan beres.
sekarang, yang perlu disuap itu seluruh rakyat Indonesia.
karena sekarang setiap dari kita berhak setuju/ menolak kebijakan pemerintah.

apalagi social media power di Indonesia,
dianggap sebuah kekuatan yg meresahkan bagi mereka
yg berkepentingan untuk menutup mulut Indonesia.

makanya banyak sekarang CSR via online.

sekali lagi,
selama di dunia ini masih ada kepentingan,
tak akan ada kedamaian yg sejati.

ketika kita damai dengan produk luar yg merajai perekonomian negeri,
akan ada saatnya kita menjadi negara yg sangat rapuh,
sehingga dengan mudahnya negara luar mengembargo Indonesia jika
Indonesia tidak mendukung kepentingan mereka.

dan selamanya, Indonesia akan menjadi negara JONGOS.


ingin berhenti jadi negara jongos?
berpikirlah menjajah negeri lain,

berhentilah berpikir untuk menjajah tetangga sendiri,
atau suku bangsa dan agama lain yang masih satu label "Indonesia."

mari jajah negara lain.

ga usah bergaya menjajah negeri sendiri,
kalau masih ada negara lain yg lebih kuat.

nanti, kalau sudah tak ada lawan lagi yg lebih kuat daripada Indonesia,
baru lah, ayo kita "perang" antar suku.

bagaimana cara menjajah bangsa lain?
yg paling gampang,
jadilah tuan rumah di negeri sendiri.

berpikirlah sebagaimana kau adalah raja dari otakmu sendiri.
bertindaklah sebagaimana rumahmu adalah istanamu sendiri.
hargailah negerimu sebagaimana negerimu adalah hartamu sendiri.

rumongso handarbeni alias merasa memiliki.

memiliki segala sumber daya alam,
memiliki produk dalam negeri,
memiliki bahasa persatuan,
memiliki kebudayaan original,
memiliki kreatifitas yang arif dan bijaksana.

kita punya banyak hal
yg bisa menjadi senjata untuk menjajah negeri lain.

tapi sayang, penjajahan selama belasan generasi,
telah membuat pola pikir kita menjadi jongos permanen.
jadi kita buta untuk melihat kekuatan diri,
tapi begitu tajam untuk mengorek koreng diri.

mari merdeka!
mulailah merdeka untuk berpikir!

berhentilah mengatakan,
"saya hanya melakukan seperti apa yang bapak-bapaku
dan kaum sebelum saya lakukan"

coba katakan dengan lantang,
"saya lakukan apa yang saya yakini benar!"

5 komentar:

  1. dalem banget artinya thanks tom udah ngingetin

    BalasHapus
  2. alhamdulillah, sama2 gan.
    semoga bermanfaat ya :)

    BalasHapus
  3. kayakanya udag pernah jadi penjajah,,itu leleuhur kitA sriwijaya sama majapait,,kan menginvansi kerajaan lain..

    BalasHapus
  4. mantap gan' ane hampir selalu baca tulisan2 ente
    dan sperti tulisan2 sebelomnya, tulisan ini juga berhasil bikin ane merasa sadar.
    tengkyu gan' keep posting! :)

    BalasHapus
  5. Wahyu Suro says:

    sampeyan mirip sama teman saya. dia bertanya "kenapa dulu mental raja kita bukan mental penjajah? coba kalo kita jadi penjajah, pasti orang sono yang belepotan belajar bahasa kita, bukan kaya sekarang ini...."

    PENCERAHAN...

    BalasHapus