Menurut Anda, aneh atau tidak
apabila terdapat seorang majikan yang tidak mengetahui berapa ia mengeluarkan
uang untuk pembantunya? Majikan tidak tahu pembantunya mendapat uang berapa
dari dirinya, dan tidak tahu apakah pembantu itu mencari penghasilan lain
selain dari dirinya atau tidak.
Jika Anda sebagai majikan,
bagaimana perasaan Anda?
Semoga Anda sepakat bahwa negeri
ini milik rakyat. DPR merupakan perwakilan dari pemilik negeri ini. Pemerintah
merupakan pembantu rakyat. Rakyat yang memilih ketua pembantunya secara
langsung yaitu Presiden, sementara itu Presiden dibantu oleh para menteri dan
PNS – pembantunya pembantu.
Lalu apakah rakyat tau mereka
menggaji para pembantunya berapa?
Kalau melihat komponen APBN ada Belanja
Pegawai, apakah hanya itu yang diterima pembantu dari majikannya? Nyatanya tidak.
Banyak komponen di luar belanja pegawai yang bermuara di dompet pribadi para
pembantu rakyat.
Apakah rakyat tau?
Jangankan rakyat,
si pembantu itu juga mungkin tidak tahu darimana pendapatan yang dia terima.
Keadaan yang kurang terang
benderang ini mengundang banyak pembantu untuk berbuat mesum di berbagai pos
anggaran milik majikan. Korupsi mulai dari yang makan kertas, makan bensin sampai
makan orang ga akan hilang kalau masih banyak ruang remang-remang.
Terakhir, berdiskusi dengan
seorang doktor lulusan amerika yang pernah kuliah juga di New Zealand, negara
yang selalu masuk 4 terbaik dalam skor Corruption Perception Index,
mengatakan bahwa disana……. setiap warga negara dapat melihat secara detil… berapa
seorang pejabat mendapatkan transferan masuk dari negara.
Hal ini dapat terjadi karena didukung
dengan sistem pembayaran yang serba transfer, ga ada lagi pegawai pemerintah
yang terima duit tunai. Selain itu, sistem IT pengelolaan keuangan negara telah
terintegrasi sehingga semua komponen pembayaran yang berasal dari dompet negara
masuk ke satu rekening pegawai dan selalu update secara online.
Apakah Indonesia bisa?
Tentu, sistem IT keuangan kita
sudah mampu untuk melakukan itu.
Tapi apakah mungkin?
Itu tergantung
kegilaan dari para pimpinan pembantu rakyat di negeri ini, termasuk para
perwakilan majikan di senayan.
Apakah mereka berani secara
sukarela mempertontonkan kepada publik segala yang ia terima dari negara?
Gaji, tunjangan bulanan,
tunjangan tahunan, tunjangan khusus, tunjangan jabatan, uang rapat, uang
perjalanan dinas, uang ………. Seluruhnya dibuka ke publik. Rakyat bisa mengakses
informasi berapa penghasilan total yang diterima setiap pembantunya … per bulan.
Jika mereka berani, tentu saya yakin
mereka sudah gila.
Gila, karena mereka berani untuk
menjelaskan kepada publik mengapa rakyat harus memberikan uang sebanyak itu ke
rekening pribadinya. Berani mengatakan kepada rakyat bahwa kinerjanya pantas
untuk mendapatkan uang sebanyak itu.
Gila, karena mungkin akan mengakibatkan
timbulnya persaingan antar kementerian/ lembaga di negeri ini untuk mendapatkan
uang sebanyak-banyaknya dari rakyat dengan cara mempertontonkan secara jelas
dan gamblang kinerjanya selama ini.
Gila, karena mungkin akan banyak
para pembantu yang dilaporkan tetangganya ke KPK karena para tetangga merasa
tidak masuk akal pendapatan yang resmi hanya segitu tapi rumah dan kendaraannya
sangat mewah.
Gila kan?
Yah, mungkin memang cara untuk
mencapai “negara yang bebas dari korupsi disebabkan partisipasi seluruh rakyat”
sekaligus menciptakan “negara yang memiliki kementerian/lembaga yang bersaing
untuk memberikan pelayanan terbaik kepada rakyat”... perlu cara yang agak
sedikit gila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar