Sabtu, 11 Juni 2011

siswa stres, prestasi meningkat

pada dasarnya pemberian stres memang dapat meningkatkan pencapaian kinerja seseorang.
contohnya dengan adanya deadline tugas, batas tuntas nilai ujian, dsb
membuat kita terdorong untuk melakukan pekerjaan lebih baik dan lebih cepat.

hal ini yang mungkin menjadi dasar sistem pendidikan kita
untuk menerapkan berbagai standar guna meningkatkan prestasi siswa.

yang menjadi pertanyaan sekarang adalah,
apakah stres yang diberikan kepada siswa tepat guna dan tepat sasaran?
atau hanya sebatas solusi instan untuk meningkatkan angka prestasi akademik?

ketika tujuan pendidikan adalah meningkatkan angka-angka prestasi akademik,
maka cara-cara yang ditempuh sekarang sudah benar.
semakin stres semakin baik nilainya.

tapi ketika tujuan pendidikan,
seperti yang tercantum dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan 
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya 
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta 
bertanggung jawab.
dengan visi terwujudnya system pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa 
untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas 
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

maka bisa dikatakan ada yang kurang dalam sistem pendidikan kita.

pencapaian akademis hanya sebagian kecil dari tujuan dan visi pendidikan nasional kita.
tapi hal itu yang selama ini digembar-gemborkan dan diupayakan peningkatannya.
hasilnya?
akademis memang meningkat. tapi lihat sisi watak dan kepribadiannya.
stres yang berlebihan untuk menggenjot kemampuan akademis
menyebabkan siswa tak lagi punya kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan non-akademisnya seperti soft skill dan kepribadian.
akibatnya,
kejujuran jadi barang haram dalam pendidikan, yang jujur malah ancur.
perilaku menyimpang para pelajar tidak jarang kita temui sehari-hari.

LALU APA YANG HARUS KITA LAKUKAN?
langkah diknas untuk menyerahkan 40% nilai siswa kepada sekolah cukup menjanjikan.
hal ini mengisyaratkan diknas ada iktikad baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita.

saya yakin, ketika diknas berani menyerahkan 100% nilai siswa kepada sekolah,
akan terjadi sebuah revolusi pendidikan yang sangat membangun.
ketika 100% nilai ada di tangan guru, maka guru akan lebih leluasa menunaikan cita-citanya
saat dahulu menentukan untuk berkarir menjadi guru.
saya yakin tidak ada guru yang bercita-cita menjadi guru dengan tujuan agar semua siswa lulus ujian nasional.
biasanya cita-cita menjadi guru karena ingin:
menjadikan siswanya pandai dan berguna bagi bangsa,
berkepribadian baik dan sopan,
cerdas dan bertakwa,
dan sebagainya yang biasanya jauh dari kata nilai akademis.

ketika 100% nilai ada di tangan guru,
siswa menjadi tidak khawatir lagi dengan pencapaian nilai tes.
Tes yang akan diberikan pasti sudah pernah dipelajari
karena pembuat tes adalah gurunya sendiri.
hal ini dapat memberikan ruang dan waktu bagi siswa
untuk mengembangkan kemampuan dirinya selain kemampuan akademis.

prestasi akademis yang selalu dilihat dari perbandingan antar individu
seringkali menyebabkan penilaian yang tidak objektif.
setiap siswa memiliki kemampuan dan keunikan tersendiri dengan standar yang berbeda-beda
sehingga sebenarnya mereka tidak bisa diujikan dengan tes yang sama.

maka, sepertinya perlu kita rancang ulang pengertian kita terhadap kata prestasi.

menurut anda apakah ketika kita dahulu sebelum bisa jalan,
kemudian kita mampu berjalan bukanlah sebuah prestasi?
dulu ketika belum bisa mengucapkan kata dengan baik,
kemudian berhasil mengucapkan "mama" dengan baik, bukankah itu prestasi?

jika iya, lalu mengapa semakin tua semakin sulit untuk melihat bahwa
pencapaian kita secara pribadi juga merupakan sebuah prestasi?

padahal jika kita bisa selalu menyadari pencapaian prestasi pribadi,
maka kita akan semakin menghormati kemampuan diri sendiri.
semakin memahami kemampuan diri sendiri,
senang belajar setiap hari untuk menambah wawasan dan kualitas diri.
semua itu menjadi berharga karena kita menyadari bahwa 
diri kita juga mampu berprestasi bahkan setiap hari.
setiap peningkatan kualitas diri adalah sebuah prestasi.

jika semua siswa dapat memahami itu,
saya yakin tidak akan ada siswa yang depresi karena nilainya selalu menjadi yang terbawah di kelas.
bunuh diri karena tidak lulus ujian.
atau menjadi penjahat karena hanya di sanalah dia bisa merasa menjadi yang paling ber"prestasi".

peran orang tua, guru, dan teman-teman menjadi sangat penting
karena dengan penghargaan dari mereka, 
setiap siswa mampu lebih menghargai setiap usaha yang dia lakukan untuk pencapaian pribadinya sendiri.

beri pujian kepada siswa ketika dia berhasil menyelesaikan ujian dengan nilai lebih baik dari sebelumnya,
meski pada saat yang sama teman-temannya mendapat nilai lebih baik dari dirinya.

bukankah sebetulnya itu fungsi nilai?
yaitu sebagai alat monitoring perkembangan prestasi masing-masing pribadi siswa secara periodik.
bukan sebagai alat perbandingan kemampuan antar siswa?

semakin menghargai upaya diri untuk meningkatkan kualitas diri,
semakin menyadari prestasi pribadi yang diraihnya tiap hari
akan menjadikan dirinya kecanduan untuk terus belajar 
untuk meraih prestasi-prestasi berikutnya di setiap hari.

jika setiap hari semua siswa sibuk belajar meningkatkan kualitas diri,
untuk sesering mungkin mencapai prestasi pribadinya masing-masing,
saya yakin tujuan dan visi pendidikan nasional akan tercapai.
yaitu meningkatkan kemampuan dan watak bangsa, serta memberdayakan seluruh warga demi kemajuan bangsa.

bangsa Indonesia terdiri dari pribadi-pribadi Indonesia.
jika tiap pribadi Indonesia sibuk belajar dan mengejar prestasi pribadi masing-masing,
artinya bangsa juga sibuk belajar dan mengejar prestasinya sebagai bangsa Indonesia.

mari raih terus prestasi diri setiap hari.
_semoga bermanfaat.






sumber gambar:

gudangkampus.wordpress.com
putricantiq.files.wordpress.com
maalhuda70.sch.id
detiknews.com

7 komentar:

  1. Anda memang moderator nomer satu...
    semoga anda dikenal sama seluruh bangsa indonesia...karena orang2 sekarang butuh sosok seperti anda , apalagi pemerintah tuh yang lagi berebut duit. dasar pemerintah payah...

    selamat berjuang bang.. :D

    BalasHapus
  2. terimakasih bung tom anda telah menyadarkan saya bahwa prestasi tidak hanya dilihat dari apa yg kita dapat raih melebihi kemampuan orang lain akantetapi prestasi dapat diperoleh dengan cara kita bisa meningkatkan kualitas diri kita menjadi lebih baik dari yg sebelumnya. terlepas dari kemampuan yg kita miliki ternyata masih dibawah orang lain. intinya dengan kita bisa meningkatkan kualitas diri kita dari sebelumnya kita sudah termasuk orang-orang yg berprestasi. semuga para pengajar peserta didik menyadari akan hal itu. prestasi tidak hanya dilihat dari menonjolnya seseorang dan kepintaran seseorang.

    BalasHapus
  3. artikel yang luar biasa bung tom, jika setiap guru dan siswa dapat memahami tujuan mereka seperti yang di artikel ini, sungguh luar biasa jika hal ini dapat diterapkan. setiap siswa di indonesia adalah siswa berprestasi

    BalasHapus
  4. tulisaaaaaaaaaaaaan'nya mengenaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa bgt....
    ringan dan langsung menohok ke jantung

    i like that...

    like like like and like

    BalasHapus
  5. semoga anda bisa cepat menjadi mendiknas

    BalasHapus
  6. Dari Jam 7 pagi sampe jam 14:30 harus di sekolah,dari jam 16:00 Sampe 18:00 LESS,dari jam 19:00 sampe 21:00 ngerjain PR/HAFALAN, 21:00 TIDUR.(ini waktu kalimantan selatan)...haduhh SEKOLAH SUDAH GILA sumpah deh gan itu cerita ane di sekolahan sanggat STRESS dan menyiksa(termasuk gurunya yg suka kasih tugas tambahan) kalau begitu caranya kapan ane istirahat? dan kapan ane ngembagin bakat/skiil di bidang desagn grafis?? sedangkan pelajaran sekolah gak ada yg ane minati,,selain TI.

    BalasHapus