Sabtu, 27 Agustus 2011

seandainya mudik dihentikan

memang mudik itu banyak manfaatnya.
terutama untuk bersilaturahmi bersama sanak keluarga.
tetapi dibalik segala manfaatnya,
pernahkah kita berpikir.




betapa besar biaya yg dikeluarkan pemerintah untuk mempersiapkan mudik.
padahal kita tahu mudik itu ritual setiap tahun.
tiap tahun jalur mudik diperbaiki.
dan disaat yg sama, jalan-jalan di daerah perbatasan terlupakan.

tiap tahun tentara dan polisi dikerahkan untuk mengamankan prosesi mudik.
dengan biaya yg sama, indonesia bisa membeli armada laut yg cukup
untuk memperkuat penjagaan batas wilayah di perairan.

tiap mudik selalu meningkatkan frekuensi kecelakaan lalu lintas.
betapa banyak calon penerus bangsa yg hilang karena prosesi tiap tahun ini.

kereta api tiap tahunnya mengeluarkan gerbong tambahan untuk mudik.
dengan biaya yg sama, pt kai bisa menambah lajur rel
sehingga nantinya jika diperlukan, tak hanya bisa menambah gerbong,
tapi juga bisa menambah rangkaian kereta api utuh.

fenomena ini terjadi tidak sejak dulu.
bahkan jaman penjajahan belanda, sepertinya pembangunan justru lebih merata.
tidak ada sejarahnya mudik di jaman penjajahan.
karena pada daerah masing2 selalu ada proyek.
purwokerto, kota yg tidak terlalu terkenal,
ada berbagai bangunan peninggalan para kompeni.
artinya, tidak hanya batavia saja yg dibangun.
di berbagai daerah terjadi pembangunan.

di daerah asalnya sudah cukup lapangan pekerjaan,
sehingga tak perlu bagi mereka untuk berhijrah ke batavia
demi mencari sesuap nasi.

sekarang?
kita bisa lihat sendiri.

ketika semangat kebersamaan dalam mudik ini
bisa kita alihkan untuk sesuatu yg sekiranya bisa lebih bermanfaat,
bayangkan efeknya yg akan terjadi.

jika pemerintah bisa mengalihkan segala biaya mudik ini
untuk membangun infrastuktur di berbagai daerah,
maka persebaran penduduk akan lebih merata.

jika semangat pengorbanan rela berdesakan di kendaraan umum
untuk pulang ke daerah asal,
dialihkan menjadi rela berdesakan di kendaraan umum
untuk berangkat bekerja,
maka permasalahan kemacetan akan bisa teratasi.

jika semangat perusahaan sponsor untuk membiayai perjalanan mudik ini
dialihkan untuk menyeponsori perbaikan angkutan transportasi umum,
akan jauh lebih menguntungkan bagi rakyat maupun perusahaan.

see,
biaya yg besar untuk mudik saya rasa tak lagi rasional.
mengapa kartu lebaran sudah tidak laku,
katanya bisa dengan telepon.
tapi justru bukan telepon yg jadi ritual tahunan,
tapi malah mudik.

bukan saya tak setuju silaturahmi tatap muka,
hanya saja,

jika indonesia itu tak hanya Jakarta,
mudik akan jauh lebih menyenangkan.

saya yakin itu.

3 komentar:

  1. Itu semua karena rakyat yang mau. :D

    Dan, menurut pemikiran Saya. Bukti kalo Jakarta merupakan kota yang paling besar pembangunannya terlihat sewaktu mudik.

    Jakarta sepi bukan main, kosong jalanan. Itu bukti apa?
    Ya, rakyat Jakarta kebanyakan orang-orang non-jakarta yang mencari nafkah di perputaran uang yang memang besar dikarenakan tidak seimbang antara pembangunan di Jakarta dengan di daerah.

    Dan, sekali lagi itu karena rakyat yang mau, bukan pemerintah.

    --- mudik jangan dihilangkan ---

    BalasHapus
  2. oya, saya minta komentar Anda di http://nocual.wordpress.com/2011/08/21/tulisan-bebas-mahasiswa-akar-korupsi-siapa-yang-bilang/

    Terima Kasih.

    BalasHapus
  3. hehehe... bukan mudiknya kok gan yg saya tekankan di sini :)
    tapi tentang pembangunan yg tidak merata sehingga terjadi fenomena mudik seperti sekarang ini. :)

    BalasHapus