kali ini saya ingin berbagi informasi dari pengamatan saya selama ini.
di sini saya punya dua objek "penelitian."
penelitian sederhana dari kehidupan sehari-hari.
sebut saja, yang pertama adalah A dan yang kedua adalah B.
keduanya merupakan seorang anak yang hidupnya selalu disetir oleh orang tuanya.
keduanya tidak boleh memilih masa depannya, hanya boleh dipilihkan oleh orang tuanya.
tapi ada perbedaan dalam cara mendidik yg dilakukan oleh orang tuanya masing-masing.
pertama,
A adalah seorang laki-laki yang sangat-sangat manja.
sikap manjanya sangat dipengaruhi oleh pola didik orang tuanya.
orang tuanya tak pernah sekalipun membentak ataupun mengoreksi anaknya itu,
bagi mereka, anaknya adalah yang paling benar dan paling pintar.
tak ada yang lebih baik darinya,
haram baginya menyuruh anaknya mencontoh anak orang lain yang sebetulnya lebih baik.
hidupnya yang cukup, membuatnya tak pernah merasakan sulitnya berusaha untuk mendapatkan sesuatu.
semua yang dia perlukan selalu dipenuhi orang tuanya.
karena selalu dipuji orang tuanya, dia menjadi lupa bahwa masih banyak kekurangan dalam dirinya.
karena selalu dipenuhi orang tuanya, dia menjadi lupa bahwa suatu saat mereka akan meninggal.
karena itu, dia menjadi pribadi yang hanya bisa menerima.
dia tak mau bergerak tanpa ada yang menyuruh lebih dulu.
inisiatifnya menjadi sangat tumpul.
hidupnya yang seakan tak pernah merasa sulit,
karena orang tuanya selalu menyembunyikan kesulitan yang ada
bahkan termasuk kesulitan saat turun tangan mengurusi skripsi anaknya itu,
membuat A menjadi seseorang yang seperti tak siap menjalani kehidupan.
mencari pekerjaan pun, harus dengan perintah orang tua.
mungkin mencari pacar pun nantinya harus dengan perintah orang tua.
ini semua karena latar belakang orang tua A yang saat mudanya
penuh dengan keterbatasan dan kurang kasih sayang orang tua.
ia tak mau hal ini terulang dalam kehidupan anaknya.
sehingga dia sangat memanjakan anaknya itu.
yang kedua, si B.
dia seorang perempuan yang sangat-sangat mandiri.
walaupun dia perempuan, orang tuanya memperlakukan anaknya itu seperti pelayan.
dengan bersenjatakan kalimat "berbakti kepada orang tua", dia dengan semena-mena menyuruh B
melakukan apa saja yang dia mau meskipun anaknya sedang sibuk mengerjakan sesuatu.
orang tuanya tak pernah memuji prestasi B.
meskipun dia sudah berhasil menjadi juara kelas, menjadi siswa teladan bahkan menjadi lulusan terbaik di sekolahnya,
dia tak pernah mendapatkan pujian.
di sisi lain, orang tuanya justru selalu merasa kurang atas prestasi yang dicapai B.
selalu saja dianggap kurang.
ketika jadi juara kelas, mereka kecewa mengapa tidak menjadi juara sekolah.
ketika jadi juara sekolah, mereka kecewa mengapa tidak menjadi juara kabupaten.
ketika menjadi siswa teladan kabupaten, mereka kecewa mengapa tidak jadi sisdan provinsi.
karena hidupnya yang selalu tertekan, dia menjadi pribadi yang selalu memutar otak,
berani berpendapat, tapi selalu kandas oelh keputusan orang tua.
orang tuanya tak ingin anaknya merasakan penderitaan orang tuanya kini,
karena masa lalu yang penuh kemanjaan dan kebebasan.
dan hingga kini, meski masih berusia belia,
B telah dipaksa memiliki pekerjaan guna membiayai hidup keluarganya.
menggantikan peran orang tuanya yang kini tidak memiliki pekerjaan tetap.
kedua orang tua itu memilih untuk menjalankan metode pendidikannya masing-masing
dengan tujuan agar tidak terulang kesulitan hidupnya dalam kehidupan anaknya.
memang benar, orang tua si A yang masa mudanya sengsara, penuh kekurangan,
kini si A menjadi orang muda yang berkecukupan dan sangat sejahtera.
tapi orang tua A lupa, sengsara dan kekurangan pada masa lalunya telah menghasilkan
pribadi yang penuh kerja keras dan penuh inisiatif sehingga kini,
dia memiliki kemampuan untuk memanjakan anaknya.
artinya, jika memang tidak ingin membuat anaknya sengsara,
ada baiknya jika karakter kerja keras dan penuh inisiatifnya diturunkan juga kepada anaknya.
bukan malah sang anak dibuat tak bisa bekerja keras karena selalu dimanja,
dibuat tak punya inisiatif karena selalu disetir.
kalau dulu, pribadinya yang kerja keras dan inisiatif itu bisa menghasilkan kehidupan yang cukup,
lalu bagaimana anaknya yang kini manja dan tak punya inisiatif bisa menghasilkan sesuatu di masa depan?
akankah itu cara orang tua A menghindarkan si A dari kesengsaraan hidup?
di lain pihak, memang benar orang tua si B masa mudanya sangat berlebih, manja dan penuh kebebasan.
kini si B menjadi anak yang sederhana, keprihatinan dan terkekang.
tapi apakah itu cara yang benar?
apakah dengan kesengsaraan batin pada masa muda dapat menghasilkan kebahagiaan?
bahkan untuk memuji sang anak pun menjadi haram
karena takut sang anak tak mau berusaha lebih hebat lagi.
bukankah yang membuat orang tua B kini sengsara,
bukanlah karena keberlebihan, kemanjaan dan kebebasan yang dia rasakan dahulu,
tapi karena kurangnya kasih sayang orang tua kepada anaknya.
harta yang berlebihan, membuat orang tuanya (kakeknya B) merasa uang dapat membeli kasih sayang.
hal itu membuat orang tua B menjadi pribadi yang punya banyak uang tapi miskin kasih sayang.
sayangnya, orang tua B menganggap uang lah yang menyebabkan dirinya kini sengsara.
hingga orang tua B mendidik si B dengan penuh kerja keras dan keprihatinan.
dia lupa bahwa sebetulnya dia mengulangi kegagalan pendidikan orang tuanya dahulu.
yaitu dia mendidik tanpa kasih sayang.
hasilnya, memang si B menjadi pribadi yang penuh kerja keras dan inisiatif.
namun di sisi lain si B sangat potensial menjadi pribadi yang penuh kekerasan dan ketidakpuasan yang destruktif.
semoga hal itu tidak terjadi.
ada baiknya jika orang tua B menerapkan reward n punishment secara proporsional.
pujilah jika sang anak menorehkan prestasi.
warnai kehidupan B dengan penuh kasih sayang karena
nantinya si B akan juga akan mendidik anaknya dengan cara-cara yg dia rasakan sekarang.
tetap upayakan kerja keras dan inisiatif, tapi juga diimbangi dengan kasih sayang dan pujian atas kerja keras anak.
pujian sesekali akan manhasilkan motivasi yang berlipat ganda bagi anak.
namun pujian yang tak henti akan menghasilkan anak yang tumpul dan manja.
disetir atau memilih sendiri pada akhirnya masa depan anak akan tetap dengan pertimbangan orang tua,
tapi cara dalam menyetir itulah yang penting.
ada yang dengan cara halus tapi membodohi dan menumpulkan kemampuan,
ada yang dengan cara kasar tapi memperkuat dan memampukan.
dan ada juga yang
dengan cara proporsional,
yaitu memuji jika berprestasi,
mengingatkan jika salah,
menghukum dengan cara yang mendidik jika diperlukan.
memberi teladan jika ingin sang anak menjadi pribadi sebaik yang kita inginkan.
please stop pembodohan dengan pemanjaan,
please stop kekerasan batin dalam rumah tangga.
karena indonesia itu terdiri dari keluarga-keluarga,
mari menjadi keluarga yang kuat dan sehat lahir batin,
demi Indonesia yang lebih jaya.
gak ngerti ane gan... terlalu didramtisasi...
BalasHapus